Saat ku kecil, aku
bercita-cita menjadi seorang dokter. Keinginan itu terus tumbuh kuat tatkala
aku selalu berhubungan dengan Rumah Sakit secara berkelanjutan. Yah, sejak
kecil aku sudah akrab dengan dokter bedah plastik di Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta. Aku tidak sakit, hanya papaku sangat
peduli kesehatan dan mengerti sedikitnya tentang dunia kesehatan. Beliau ingin
anaknya terlihat lebih normal seperti anak kecil yang lainnya.
Betul, aku terlahir
cacat. Aku penderita palato total (istilah
medis), biasanya orang awam menyebutnya bibir sumbing. Aku cacat di mata
manusia, tapi aku yakin Allah menciptakanku dengan segala kesempurnaannya. Dulu
motivasiku adalah aku ingin menolong orang sakit, mungkin banyak terpengaruh
lagu Cita-citaku dari Susan dan Kak Ria Enes. Hehehe.
Sejak kecil aku sudah
kenyang dicibir teman-temanku. Terlebih saat aku pindah kelas 5 ke SD di Kota
Sukabumi. Aku anak cacat pindahan dari kampung. Sampai aku berpikir bahwa Tuhan
tidak adil. Aku merasa sudah menyusahkan orang tuaku, mempermalukan mereka
dihadapan orang lain. Dan parahnya aku berpikir bahwa aku adalah anak yang tidak
diharapkan. Itulah aku kecil dalam ketidaktahuanku, sangat tidak percaya diri
dan berkecil hati.
Tapi aku beruntung,
sungguh sangat beruntung. Aku memiliki orang tua yg sangat berjiwa besar dan
tak kenal lelah membimbing, mendidik, dan menumbuhkan pribadi luar biasa pada
diri ini. Mungkin akan lain ceritanya jika aku menjadi anak dari bukan orang
tuaku yang sekarang. Allah itu Maha Adil. Aku tidak bisa mengelakan hal itu.
Dibalik ketidaknormalan fisik ku, Allah memberiku hati dan pikiran yang tidak
cacat.
Sedari kecil aku
terbiasa membantu dan peduli orang lain. Semenjak SD hingga sampai sekarang
bisa dibilang kalau otak ku di atas rata-rata, selalu masuk 3 besar ranking di
kelas. Dan itulah yang perlahan menumbuhkan rasa percaya diriku. Hingga aku
justru memiliki banyak teman dan aku tak pilih-pilih teman.
Cita-citaku
berikutnya adalah ingin menjadi seorang programmer
karena aku sangat tertarik dalam bidang komputer.Ketertarikan itu muncul ketika pertama kali aku dibelikan komputer
saat kelas 1 SMA. Atas usahaku mengajukan persyaratan, tercatatlah aku sebagai
penerima beasiswa Program Teknik Informatika di President University, Cikarang,
Bekasi. Betapa bangganya aku sudah pasti menjadi mahasiswa President University
pada bulan Februari 2007 di saat Ujian Akhir Nasional (UAN) belum terlaksana,
dan teman-teman yang lain masih sibuk mencari tujuan kuliahnya.
Namun, takdir baik ku
ternyata bukan di sana. Atas beberapa pertimbangan dan beberapa konflik yang
muncul, akhirnya aku mencabut namaku dari kampus impianku itu. Papa sudah tiga
kali dipanggil Rektor 1 dan 2 untuk mengurungkan niat mencabut namaku. Aku
sudah ditawari beasiswa full disana. Apapun alasannya, inilah takdir baiknya.
Bulan Mei satu bulan menjelang SPMB, bagian aku yang seliweran mencari kampus
yang masih membuka pendaftaran. Atas saran Si pacar, akhirnya aku mendaftar ke
Universitas Widyatama dan memilih program Akuntansi, agar sama dengan jurusan Si
pacar saat itu. Padahal aku sama sekali belum pernah belajar dan tidak tahu apa
itu akuntansi. Mungkinkah aku salah jurusan? Ternyata tidak.
Passion ku bisnis. Mungkin
aku baru mengenal kata passion saat pertengahan 2011. Dulu Cuma senang aja. Sejak
kecil aku dicap sebagai anak yang pintar mengatur uang. Tabunganku banyak. Dan
aku selalu bawa barang dagangan ke sekolah. Duh, ga ngerti juga deh dulu itu
aku malu atau tidak jualan di sekolah. Dan hal itu terus berlangsung hingga
sekarang. Hahaha.
Mungkin karena aku
terlahir dengan darah dagang. Kakek tercintaku adalah seorang pedagang yang
sukses di daerahnya. Dan darah itu mengalir ke seluruh anak-anaknya, bahkan
beberapa cucunya, salah satunya itu aku.
Dengan passion bisnis
itu, aku tidak merasa terjebak telah masuk jurusan akuntansi. Ternyata dengan
mempelajari akuntansi, aku jadi memperdalam ilmu bisnis dari kacamata seorang
akuntan. Wah, kalau dijabarin mah banyak
banget ilmu yang aku dapat dari kuliah akuntansi ini. Intinya, sekarang aku
tahu dan aku sudah membuktikan bahwa Allah itu best script writer. Ketika yang menurut kita itu yang terbaik,
Allah punya rencana lain yang lebih baik, lebih indah, dan lebih besar. ^.^
Sekarang, cita-citaku
menjadi full time mother and wife.
Mengapa? Ternyata cita-cita itu akan berubah-ubah sesuai kemampuan dan
pengetahuan kita. Ilmu dan lingkungan sangat mempengaruhi langkah kita
berikutnya. Ternyata bagi seorang wanita, pahala itu didapat dari aktivitas
rumah tangga yang dilakukan dengan sepenuh hati. Dengan segenap kebulatan
tekad, insya Allah saya ingin menjadi full time mother and wife, dengan
memiliki bisnis sendiri di rumah (TETEEEP).
Lalu, untuk apa
sekolah tinggi-tinggi? Banyak orang yang menanyakan hal itu. Berdasarkan
pengetahuan dari beberapa sumber yang ku pahami lah aku menyimpulkan bahwa
pernikahan itu membangun peradaban. Dan menurutku, tidak ada yang salah dengan
pendidikan tinggi. Justru perempuan yang cerdas akan menghasilkan anak-anak
yang cerdas nan berakhlakul karimah. Insya Allah juga aku akan mencoba
mengajarkan ilmu-ilmu yang telah aku dapatkan selama ini kepada mereka para penerus bangsa agar ilmuku menjadi ilmu yang bermanfaat dan
menolongku kelak di akhirat.
Semoga Allah
sebaik-baik perencana, meridhoi dan memberiku arah dalam perjalanan hidupku ke
depannya. Aamiin Ya Rabbal’alamiiin..
Tak perlu cemas atau kecewa saat cita-citamu tak tercapai atau tak sesuai dengan kenyataan. Karena Allah maha mengetahui yang terbaik bagi umat yang meminta hanya pada-Nya. Cita-cita boleh saja
berubah, tapi semangat tak boleh padam. J
Quote favourite ku saat ini yaitu: “Aku tak bisa
memilih masa kecilku, tapi aku bisa melukiskan masa depanku” – 9 Summers 10
Autumns.
SEMANGAT!!!