Saturday, 7 December 2013

Dear Sisters...

Apa kalian ingat pertama kita bertemu? Apa kalian ingat kenapa kita bisa terus bersama? Apa kalian ingat tentang setiap kebersamaan kita? And time goes so fast, kita harus menghadapi kenyataan bahwasanya kita adalah wanita-wanita dewasa yang harus menjalani takdir hidupnya masing-masing.

Salah satu dari kita pasti akan menikah lebih awal, entah siapa. Dan terasa kebersamaan itu semakin hari semakin sulit diciptakan. Akupun yang berada jauh dari Kota Bandung harus menahan rindu terhadap kebersamaan itu.

Kalian, yang ternyata seniorku yang berbeda 2 tahun di Widyatama, yang sudah lama bersahabat lebih dulu, yang belum pernah ku temui dan tak pernah pula ku mengenal kalian sebelumnya. Entah kenapa, aku masuk ke kehidupan kalian. Aku menitipkan diri kepada kalian. Dan pada akhirnya, aku tak hanya mengenal kalian tapi juga menyayangi keluarga kalian.

Lucu rasanya ketika pertama datang ke rumah Chika, ternyata adiknya yang bernama Dhio adalah mahasiswa Widyatama yang dulu pernah saya ajar. Mama papanya yang begitu baik dan tidak sungkan untuk berbagi cerita di meja makan. Entah sudah berapa malam aku habiskan di rumahnya.

Dan Emil, yang menawarkan sejuta harapan untuk hidup terus berjuang dan penuh semangat. Sampai akhirnya aku tinggal di rumah kecil kediaman orang tuanya yang berhati besar. Mereka, keluarga sederhana yang hidup tenang. Bukan berarti tanpa masalah, tapi cara mereka menjalani hidup, saya suka. Mereka tidak peduli penilaian orang lain, tidak pernah iri dengan kehidupan orang lain, hidup sederhana dan berbagi dengan tetangga sudah lebih dari cukup bagi mereka. Bukan karena keluarga ini tidak mampu, aku pikir mereka sangat sangat mampu untuk hidup lebih dari yang sekarang, tapi pilihannya lah untuk hidup sederhana.

Hampir setiap hari aku duduk bersama mamanya, bertukar cerita dari tertawa hingga meneteskan air mata, dan beliau pun pernah menangis untukku. Aku merasakan kasih sayangnya untukku. Ada sebuah kepedulian dan keyakinan terhadapku. Beliau terus mensupportku untuk menyelesaikan tesis. Aku tak akan pernah lupakan ketulusan itu seumur hidup.

Yap. Life must go on, sis! Kita harus hadapi kenyataan. Kita bukan lagi mahasiswa yang bisa menghabiskan waktu di kelas, pergi makan siang bersama dan mengerjakan tugas hingga larut di rumah si A or si B. Yang jelas, kebersamaan bersama kalian itu amat sangat meyenangkan. Aku seperti punya badut, bisa dengan bebasnya tertawa terbahak-bahak karena ulah dan kebodohan kita-kita.

Liburan ke Bali bertiga yang ‘membekas’ dan kita berjanji untuk kembali ke sana lagi bertiga. Liburan ke Sukabumi. Mengejar cinta hingga ke Tasikmalaya, Jakarta. Menggagalkan rencana yang mau ke Floating Market. Hahaha.

Ada pula kejadian yang cukup membuat ‘dingin’ keadaan, yah itu hanya kebodohanku saja. Maafkan aku, kak. Padahal sahabat itu lebih berarti dari cowo yang belum jelas nasib ke depannya denganku. Dan keadaan pun menghangat kembali seusai birthday surprise 17 Mei 2013 silam. Silly! Aku selalu tertawa setiap ingat kebodohan itu. Ya ampuuuun, citraaa. Hellooooo! Where have you been? Hahaha.

Masih inget ada yang nangis sepanjang jalan, padahal waktu itu moment ultahku. Kalian memberiku kado sepatu sebagai pengganti sneakers kesayanganku yang hilang. Sejak kalian menjemputku hingga pulang ke rumah, entah berapa ratus lembar tissue yang dihabiskan untuk tetesan air mata dan apolo 11 yang keluar dari hidungnya. Hahaha.

There are so much silly moments. Dan kebersamaan kita selalu penuh keceriaan. Entah kenapa, selalu bahagia bila bersama. Masih banyak yang ingin aku ceritakan, yang aku ingat. Aku hanya ingin bersyukur aku mengenal kalian. Takdir terindah yang Tuhan beri untukku.

I miss us!

 


No comments:

Post a Comment