Apa kalian ingat pertama kita
bertemu? Apa kalian ingat kenapa kita bisa terus bersama? Apa kalian ingat
tentang setiap kebersamaan kita? And time goes so fast, kita harus menghadapi
kenyataan bahwasanya kita adalah wanita-wanita dewasa yang harus menjalani
takdir hidupnya masing-masing.
Salah satu dari kita pasti akan
menikah lebih awal, entah siapa. Dan terasa kebersamaan itu semakin hari
semakin sulit diciptakan. Akupun yang berada jauh dari Kota Bandung harus
menahan rindu terhadap kebersamaan itu.
Kalian, yang ternyata seniorku yang
berbeda 2 tahun di Widyatama, yang sudah lama bersahabat lebih dulu, yang belum
pernah ku temui dan tak pernah pula ku mengenal kalian sebelumnya. Entah
kenapa, aku masuk ke kehidupan kalian. Aku menitipkan diri kepada kalian. Dan
pada akhirnya, aku tak hanya mengenal kalian tapi juga menyayangi keluarga
kalian.
Lucu rasanya ketika pertama datang
ke rumah Chika, ternyata adiknya yang bernama Dhio adalah mahasiswa Widyatama
yang dulu pernah saya ajar. Mama papanya yang begitu baik dan tidak sungkan untuk
berbagi cerita di meja makan. Entah sudah berapa malam aku habiskan di
rumahnya.
Dan Emil, yang menawarkan sejuta
harapan untuk hidup terus berjuang dan penuh semangat. Sampai akhirnya aku
tinggal di rumah kecil kediaman orang tuanya yang berhati besar. Mereka,
keluarga sederhana yang hidup tenang. Bukan berarti tanpa masalah, tapi cara
mereka menjalani hidup, saya suka. Mereka tidak peduli penilaian orang lain,
tidak pernah iri dengan kehidupan orang lain, hidup sederhana dan berbagi
dengan tetangga sudah lebih dari cukup bagi mereka. Bukan karena keluarga ini
tidak mampu, aku pikir mereka sangat sangat mampu untuk hidup lebih dari yang
sekarang, tapi pilihannya lah untuk hidup sederhana.
Hampir setiap hari aku duduk
bersama mamanya, bertukar cerita dari tertawa hingga meneteskan air mata, dan
beliau pun pernah menangis untukku. Aku merasakan kasih sayangnya untukku. Ada
sebuah kepedulian dan keyakinan terhadapku. Beliau terus mensupportku untuk
menyelesaikan tesis. Aku tak akan pernah lupakan ketulusan itu seumur hidup.
Yap. Life must go on, sis! Kita
harus hadapi kenyataan. Kita bukan lagi mahasiswa yang bisa menghabiskan waktu
di kelas, pergi makan siang bersama dan mengerjakan tugas hingga larut di rumah
si A or si B. Yang jelas, kebersamaan bersama kalian itu amat sangat
meyenangkan. Aku seperti punya badut, bisa dengan bebasnya tertawa
terbahak-bahak karena ulah dan kebodohan kita-kita.
Liburan ke Bali bertiga yang ‘membekas’
dan kita berjanji untuk kembali ke sana lagi bertiga. Liburan ke Sukabumi.
Mengejar cinta hingga ke Tasikmalaya, Jakarta. Menggagalkan rencana yang mau ke
Floating Market. Hahaha.
Ada pula kejadian yang cukup
membuat ‘dingin’ keadaan, yah itu hanya kebodohanku saja. Maafkan aku, kak.
Padahal sahabat itu lebih berarti dari cowo yang belum jelas nasib ke depannya
denganku. Dan keadaan pun menghangat kembali seusai birthday surprise 17 Mei
2013 silam. Silly! Aku selalu tertawa setiap ingat kebodohan itu. Ya ampuuuun,
citraaa. Hellooooo! Where have you been? Hahaha.
Masih inget ada yang nangis
sepanjang jalan, padahal waktu itu moment ultahku. Kalian memberiku kado sepatu
sebagai pengganti sneakers kesayanganku yang hilang. Sejak kalian menjemputku
hingga pulang ke rumah, entah berapa ratus lembar tissue yang dihabiskan untuk
tetesan air mata dan apolo 11 yang keluar dari hidungnya. Hahaha.
There are so much silly moments.
Dan kebersamaan kita selalu penuh keceriaan. Entah kenapa, selalu bahagia bila
bersama. Masih banyak yang ingin aku ceritakan, yang aku ingat. Aku hanya ingin
bersyukur aku mengenal kalian. Takdir terindah yang Tuhan beri untukku.
I miss us!
No comments:
Post a Comment